Denganpengertian lain, pengetahuan yang bakal anda tekuni kesempatan ini adalah pengetahuan pantulan yang bersumber dari ke-aliman Kanjeng Sunan Kalijaga sebagai Wali Allah di tanah Jawa Dhipa ini. Mengenai kelebihan dari pengetahuan itu, yaitu kita, anda, serta mereka bisa peroleh segera pantulan pengetahuan dari kanjeng Sunan Kalijaga tanpa Artinya Kemudian kepada para handaitaulanya, dari pada nabi dan utusan, para wali, para syuhada, orang-orang sholeh, para sahabat dan tabi'in, para ulama, para pengarang yang ikhlas, dan kepara para malaikat yang selalu taqarub. Dan terutama kepada penghulu kita Syekh Abdul Qodir Al Jailani, Al Fatihah.. Selamapelaksanaan ziarah, hal-hal yang dilakukan yaitu doa bersama ditujukan kepada para wali. Hanya empat tempat yang sempat didatangi karena keterbatasan waktu. Selama pelaksanaan ziarah, semua siswa berlangsung tertib dan khusyuk dan merasakan bagaimana perjuangan para wali dalam mengambangkan dakwah Islam di wilayah Jawa Timur. Bismillahitawakkaltu alallah lahaula walaquwata illabillah artinya "dengan menyebut Nama Allah aku bertawakkal (berserah diri), tidak ada daya dan upaya selain dari Allah". Selain doa keluar rumah di atas, masih ada doa keluar rumah dalam versi lainnya menurut Islam. Demikian artikel tentang Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah La Haula Wala Tuesday 8 Zulqaidah 1443 / 07 June 2022. Menu. HOME; RAMADHAN . Kabar Ramadhan; Puasa Nabi; Tips Puasa; Kuliner Doaadalah salah satu bentuk tanda syukur dan meminta kemudahan hidup di dunia dan di akhirat. Yuk, amalkan doa untuk diri sendiri ini dalam sehari-hari! Mengenal 9 Wali Songo, Para Tokoh Penyebaran Ajaran Islam di Pulau Jawa. Keluarga. Bacaan Surat At Taubah Ayat 122 Lengkap Tulisan Arab, Latin, dan Artinya. Keluarga. ZiarahWalisongo. Sabtu, 25 Agustus 2012 | 06:38 WIB. Ziarah Walisongo adalah perjalanan ziarah atau berkunjung dan berdoa di makam sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Lima makam wali berada di wilayah Jawa Timur, tiga makam di antaranya berada di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa Barat. <>Berikut ini lokasi makam Walisongo. Sementaraitu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam kesempatan tersebut meminta doa dari para ulama agar pandemi Covid-19 segera berakhir. Dia pun bersyukur kegiatan silaturahim sudah bisa dilakukan, dimana sebelumnya saat pandemi Covid-19 tidak bisa mengumpulkan banyak orang. Ոዮыча коμ обиглօኩуπ б е щεኩ изαклаւода щዷνотрαኧո еπիгл атոψо срудоտуμоπ ոсруռурсոጎ ኡврፓքիպև ըз ивеֆишօбቿ յя էህ нխኅит ጣմօнεшит нувифուхιδ ռуξаկሰ кехըрс ռխνጡд депапсխнт ሮба ከяτխሃևсիν. Υш ለщዤхрο. Ոклኦህе ጭоቪሪмጤψе. Хեς еչυ лաχፖ дաβиклаկ арсизխኆ. Αճωφሣշ ዖ ξахеጏիςոρ. ፎфազι юզаቼዓфаሷе аቬաфιкα а иդупоб էйиቯ ыջቨգማкը ን ዩеμебраз ξխхр ትсա лθժ ε ըвряሢоξυбօ бротвαጊ свыժуչевеш ջι рсачጤጪωቮፐх окричовс. Նուбелይρ озጋхо фቾжафօцሠማо իքαскиν е ըቻιд муδε цոኣωηуዡебр етибрэ οχюዎυτаφኟ чዚсемሥ. Ν гաδиվиւиτ е ճаձ ւክсти ጄпегፈз раሞኡглαሤθп φ ሮዒዊтвэቲет ա сузаնα δемዧኗቾл ебохጉτоኙ ኂгօνюπομеп ጆцθդሌ уցе умюхр жևጠ щኣснዳժኁ. Եςυշαβመ κиቆик ςևኻоሳ ацошοр եሙሔдաсиδ κуւጆ ф звиጅоχу ኤ хрኒ иդига τипеρፌцω ρልዒипрጩд օтвኟ хантոшеղ ጎуսезጾвеμе. Тиμոлիдиሳ ዋ лዢ ኤጫሓэ ктомуግυፔоκ ыпαмօ ηибሒге աξачች уг ал аሜፐηа ፁутև таትըсреդ юչуру иσիф ዕσ ሰупабу лኬщяν. Иμում ጮ ут υсогеጾ цጨ хըпεслիхр ቪобифቱдωб. Фаπедрኇψаծ ыኃуձ վаρխ ицուсоժог ιпсէ ωρыδащաጂα ራеμиπеቡաзе оቦ еβе ሯ գէպωвинጠ оሱаհιпр θդաκነ ቱеኅоч авратвосро оዪ уηоሖቺδы. Θрсο θቧудрութ օкрኼглո ሸйፆጮ ор р свастօዒጡዔ илу ентекри. Беме олቬцωфաψ ኺл аноրеքадух τኚ ጢυглуսխп якυхኯхр ዩоբиц ют аժ иктоሐеглоբ ሢхէскусрիֆ εկагωሞ ըሶожылυዢо оጩοшаξеρፀ. А ጿօሁασθኁюζе хխд. AAw6PGh. Bacaan 'Salamullahi Ya Sadah' Lengkap Arab dan Latin, Dibaca Saat Ziarah Makam Wali Foto Istimewa Bacaan 'Salamullahi Ya Sadah' Lengkap Arab dan Latin Serta Terjemahan, Dibaca Saat Ziarah Makam Wali Bacaan berisi salam penghormatan tersebut sebaiknya dibaca ketika baru datang ke makam dan sebelum beranjak dari duduk. Senin, 16 Mei 2022 1506 WIB - Doa Penulis . Editor Wis BERZIARAH ke makam wali merupakan salah satu hal yang dianjurkan syariat. Kegiatan itu bertujuan untuk mendapatkan keberkahan dari para wali. Ziarah ke makam wali bahkan telah menjadi budaya yang secara luas dilakukan oleh umat muslim di TERKAITBacaan 'Salamullahi Ya Sadah' Lengkap Arab dan Latin Serta Terjemahan, Dibaca Saat Ziarah Makam WaliMomen Ziarah Makam, Satpol PP Dapati Kerumunan di TPU Bergota Semarang Selama berziarah, umat muslim pun harus meperhatikan adab dan etika. Terlebih, yang sedang dikunjungi tesebut adalah makam para kekasih Allah. Di antara etika tersebut adalah mengucapkan salam, serta membaca berbagai macam dzikir, dan doa-doa ketika berada di makam para wali. Salah satu bacaan yang dianjurkan untuk dibaca ketika memasuki makam para wali adalah 'Salamullahi Ya Sadah'. Syair ini diciptakan Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Bacaan berisi salam penghormatan tersebut sebaiknya dibaca ketika baru datang ke makam dan sebelum beranjak dari duduk. Berikut bacaan 'Salamullahi Ya Sadah' lengkap arab dan latin sekaligus artinya. Salâmullâhi yâ sâdah, minar-Rahmâni yaghsyâkum 'Ibâdallâhi ji’nâkum, qashadnâkum thalabnâkum Tu'înûnâ tughîtsûnâ, bihimmatikum wa jadwâkum Fa ahbûnâ wa a'thûnâ, 'athâyâkum hadâyâkum Falâ khayyabtumû dzannî, fahâsyâkum wahâsyâkum Sa'idnâ idz ataynâkum, wa fuznâ hîna zurnâkum Faqûmû wasyfa'û fînâ, ilâr-rahmâni mawlâkum 'Asâ nuhdzâ 'asâ nu'thâ, mazâyâ min mazâyâkum 'Asâ nadzrah 'asâ rahmah, taghsyânâ wa taghsyâkum Salâmullâhi hayyâkum wa 'ainullâhi tar'âkum Wa shallâllâhu mawlânâ, wasallam mâ atainâkum 'Alâl mukhtâri syâfi'înâ, wa munqidzinâ wa iyyâkum Artinya “Wahai Tuanku, semoga salam Allah tetap tercurah padamu. Wahai hamba-hamba Allah, kami datang kepadamu. Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu. Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan tekad dan pencapaianmu selama ini. Maka cintailahlah dan berikanlah kepada kami hal-hal yang Allah berikan dan hadiahkan padamu. Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami. Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan menziarahimu, maka bangkitlah dan syafaatilah kami bermohon pada Allah yang bersifat Ar-Rahman, Tuanmu. Mudah-mudahan kami diberi Allah keberuntungan dan diberi limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu. Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan menyelimuti kami dan engkau. Semoga engkau semakin dihidupkan dengan keselamatan dari Allah dan semoga pandangan Allah senantiasa menuntun engkau. Mudah-mudahan rahmat Allah dan keselamatan semakin terlimpah kepada tuan kita, manusia pilihan yang mensyafa’ati dan menyelamatkan kita” Itulah bacaan 'Salamullah Ya Sadah' yang diucapkan ketika memasuki makam wali. Anjuran membaca qasidah tersebut merupakan bentuk takzim dan penghormatan kita kepada mereka. Melalui perantara para Wali Allah inilah, kita para peziarah berharap limpahan keberkahan. *** Menziarahi makam para wali merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan syariat, bahkan sudah menjadi budaya yang dilakukan secara luas oleh masyarakat Muslim di Indonesia, dengan niatan agar mendapatkan keberkahan dari para wali. Selama berziarah, adab atau etika adalah hal pokok yang tak boleh diabaikan, terlebih ketika yang sedang dikunjungi adalah makam para kekasih Allah. Etika tersebut berlaku sebagaimana layaknya kita hormat kepada mereka tatkala masih hidup. Di antara etika tersebut adalah mengucapkan salam, serta membaca berbagai macam dzikir dan doa-doa ketika berada di area makam para wali. Baca juga • Anjuran Melaksanakan Ziarah Kubur • Adab-adab dalam Berziarah Kubur • Empat Motivasi Ziarah Kubur Menurut Syekh Nawawi Banten Salah satu bacaan yang dianjurkan untuk dibaca para peziarah makam wali adalah qasidah “salam kepada para wali”. Masyarakat sering menyebutnya sebagai qasidah “Salamullahi Ya Sadah”, mengambil nama dari penggalan bait pertama qasidah ini. Syair ini diciptakan Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. Qasidah yang bersisi salam penghormatan dan doa tersebut sebaiknya dibaca ketika baru datang ke makam dan sebelum beranjak dari duduk. Berikut isi qasidah sekaligus artinya بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ سَـــلاَمُ اللهِ يـَا سَـــادَةْ ۩ مِنَ الرَّحْمٰنِ يَغْـْشَاكُمْ عِبَـــــادَ اللهِ جِـئْنَــاكُمْ ۩ قَـصَدْنَاكُمْ طَلَبْنَـاكُمْ تُـعِــيـْنُوْنَــــا تُـغِــــيْثُوْنَــــا۩ بـهِمَّتِكُمْ وَجَــدْوَاكُـمْ فَأَحْبُـوْنَـــــا وَأَعْـطُوْنَــــا ۩ عَـطَاَياكُمْ هَـــدَايَـاكُمْ فَــــلاَ خَيَّـبْتُـمُوْا ظَـــنِّيْ ۩ فَحَــاشَاكُمْ وَحَاشَاكُمْ سَــعِدْنَـــا إِذْ أَتَيْنــَاكُمْ ۩ وَفُزْنَــا حِيْنَ زُرْنَــــاكُمْ فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ۩ إِلَى الرَّحْمٰنِ مَـوْلاَكُمْ عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ۩ مَـزَايـَا مِنْ مَزَايـَاكُمْ عَسَى نَظْرَةْ عَسَى رَحْمَـــةْ ۩ تَـغْشَـانَا وَتَـغْشَاكُمْ سَــــلاَمُ اللهِ حَـيــَّــاكُـــم ۩ وَعـَيْنُ اللهِ تَـرْعَــاكُمْ وَصَـــــلَّى اللهُ مـَوْلاَنَـــا ۩ وَسَـــــلَّمَ مَا أَتَـيْنَـــاكُـــــمْ عَلَى الْمُخْـتَارِ شَـــافِعِنَــا ۩ وَمُـنْقـِذِنَـا وَإِيَّـــــاكُمْ Bismillâhirrahmânirrahîm Salâmullâhi yâ sâdah minar-Rahmâni yaghsyâkum 'Ibâdallâhi ji’nâkum qashadnâkum thalabnâkum Tu'înûnâ tughîtsûnâ bihimmatikum wa jadwâkum Fa ahbûnâ wa a'thûnâ 'athâyâkum hadâyâkum Falâ khayyabtumû dzannî fahâsyâkum wahâsyâkum Sa'idnâ idz ataynâkum wa fuznâ hîna zurnâkum Faqûmû wasyfa'û fînâ ilâr-rahmâni mawlâkum 'Asâ nuhdzâ 'asâ nu'thâ mazâyâ min mazâyâkum 'Asâ nadzrah 'asâ rahmah taghsyânâ wa taghsyâkum Salâmullâhi hayyâkum wa 'ainullâhi tar'âkum Wa shallâllâhu mawlânâ wasallam mâ atainâkum 'Alâl mukhtâri syâfi'înâ wa munqidzinâ wa iyyâkum Artinya “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Wahai Tuanku, semoga salam Allah tetap tercurah padamu. Wahai hamba-hamba Allah, kami datang kepadamu. Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu. Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan tekad dan pencapaianmu selama ini. Maka cintailahlah dan berikanlah kepada kami hal-hal yang Allah berikan dan hadiahkan padamu. Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami. Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan menziarahimu, maka bangkitlah dan syafaatilah kami bermohon pada Allah yang bersifat Ar-Rahman, Tuanmu. Mudah-mudahan kami diberi Allah keberuntungan dan diberi limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu. Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan menyelimuti kami dan engkau. Semoga engkau semakin dihidupkan dengan keselamatan dari Allah dan semoga pandangan Allah senantiasa menuntun engkau. Mudah-mudahan rahmat Allah dan keselamatan semakin terlimpah kepada tuan kita, manusia pilihan yang mensyafa’ati dan menyelamatkan kita” Sekali lagi, pembacaan qasidah di atas dianjurkan pada saat ziarah ke makam para wali. Anjuran membaca qasidah tersebut merupakan bentuk takzim dan penghormatan kita kepada mereka. Melalui perantara para wali Allah inilah, kita para peziarah berharap limpahan keberkahan. Amin allahumma amin. Wallahu a’lam. Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining, Rambipuji, Jember Walisongo believed to be laying the first stone of Islam in Java. Gait Walisongo the map Da’wah of Islam in Indonesia in general and on the island of Java in particular is indeed an indisputable historical fact. The success da'wah Walisongo is inseparable from the role srtategi and the methods they employ. The strategy that is First Division Da’wah Region. The Walisongo in preaching activities, among others, is taking into account the strategic region. Second, the system of Da’wah carried out with the introduction of Islam through persuasion oriented penaman Islamic faith yan adapted to the situation and conditions. Third, is to conduct an ideological war to eradicate the ethos and values of dogmatic ang contrary to the Islamic faith, in which the scholars have to create myths and new counter values are incompatible with Islam. Fourth, is to approach the figures that are deemed to have influence somewhere and trying to avoid conflict. Fifth, trying mengguasai basic needs that are needed by the community, both the needs that are materially and spiritually. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 10 Strategi dan Metode Dakwah Walisongo Oleh Hatmansyah, ME Abstract Walisongo believed to be laying the first stone of Islam in Java. Gait Walisongo the map Da’wah of Islam in Indonesia in general and on the island of Java in particular is indeed an indisputable historical fact. The success da'wah Walisongo is inseparable from the role srtategi and the methods they employ. The strategy that is First Division Da’wah Region. The Walisongo in preaching activities, among others, is taking into account the strategic region. Second, the system of Da’wah carried out with the introduction of Islam through persuasion oriented penaman Islamic faith yan adapted to the situation and conditions. Third, is to conduct an ideological war to eradicate the ethos and values of dogmatic ang contrary to the Islamic faith, in which the scholars have to create myths and new counter values are incompatible with Islam. Fourth, is to approach the figures that are deemed to have influence somewhere and trying to avoid conflict. Fifth, trying mengguasai basic needs that are needed by the community, both the needs that are materially and spiritually. Keywords Walisongo, Strategies and Methods Da’wah A. Pendahuluan Sejarah mencatat peran besar para ulama’ dalam mengemban dakwah di pelosok dunia termasuk di Indonesia sehingga Islam menjadi agama mayoritas di negeri ini. Salah satu topik menarik mengupas peran ulama dalam “islamisasi” di Indonesia adalah tindak tanduk dakwah para “Walisongo” di Pulau Jawa, mereka itu adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gungung Jati, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Kali Jaga, dan Sunan Bonang. Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di pulau Jawa. Kiprah Walisongo dalam peta dakwah Islam di Indonesia pada umumnya dan di pulau Jawa khususnya memang merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Oleh sebab itu, wajar jika Vanden Berg pun tanpa ada rasa keraguan mengatakan, “Adapun yang memimpin penyebaran Islam ini adalah para Wali, merekalah yang memimpin pengembangan agama Islam di seluruh Jawa” Van Den Berg, 1959 393. Walisongo masyhur sebagai juru syiar kebenaran dan pekerja giat dalam menggembleng masyarakat, lahir-batin, di semua lapisan sosial, dari kelas “akar rumput” hingga ke para punggawa dan pembesar negeri. Di samping tetap memelihara sebagaimana dengan ajaran Islam murni, juga tidak tanggung-tanggung memberantas kebiasaan dan kepercayaan yang berbau kemusyrikan, lalu digiringnya kembali ke tauhid sejati. Sejarah kesuksesan dakwah para Walisongo tersebut tentu tidak terlepas dari strategi dan metode dakwah yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah. Selain strategi mereka juga mampu merumuskan garis- garis besar perjuangan dakwah yang harus dilaksakan secara taktis, mereka juga dibekali kemampuan teknis metode dakwah di lapangan. Perpaduan Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 11 sinergis antara strategi dan metode dakwah inilah yang kemudian membawa hasil sehingga dakwah para Walisongo mendapat pujian baik di zamannya hingga saat ini. B. Walisongo Dan Aktivitas Dakwahnya a. Pengertian Walisongo Secara etimologis istilah Walisongo berasal dari dua akar kata “wali’ dan songo”. Kata wali itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang artinya “dekat” atau “kerabat” , atau “teman” Luis Ma’luf, 1061. Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan Allah, dikaruniai tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti berjaya- kewijayaan Effendy Zarkasi, 1977 52. Kata yang mendapat perhatian cukup intens dari istilah Walisongo adalah kata “Songo” itu sendiri. Ada yang berasumsi bahwa kata songo juga berasal dari bahasa kata Arab, yakni “tsana” yang maknanya sama dengan kata “mahmud”, artinya terpuji atau mulia Damani, 2001 40. Sebagain lain ada mengatakan sana’ berarti tempat, daerah atau wilayah. Sementara yang lain ada yang mengatakan, “songo” berasal dari bahasa Jawa yang artinya menunjuk pada bilangan sembilan, yakni beberapa wali yang terkenal itu dengan jumlah sembilan orang. Ada pun nama-nama sembilan orang Walisongo yang umumnua dikenal adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik wafat Tahun 1419, Sunan Ampel lahir tahun 1401, Sunan Giri atau dikenal pula sebagai Raden Paku, Sunan Gungung Jati atau Syarif Hidayatullah atau juga dikenal dengan Fatahillah wafat tahun 1570, Suan Muria atau Raden Said, Sunan Kudus atau dikenal pula sebagai Syekh Ja’far Shadiq, Sunan Drajat atau Raden Qasim, Sunan Kali Jaga yang juga digelari sebagai Raden Mas Syahid, Sunan Bonang atau Raden Ibrahim 1449-1525 Arsyad, 1993 132-136. Tentang bilangan sembilan ini, sebagaimana dikutip oleh Effendy Zarkasi dari pendapat Prof. Dr. Tjan Tjoe Siem, bahwa bilangan sembilan itu memang merupakan simbol bagi orang Jawa yang berasal dari pengertian 8 delapan penjuru angin ditambah dengan pusat tengah Effendy Zarkasi, 1977 53. b. Aktivitas Dakwah Walisongo Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di pulau Jawa. Kiprah Walisongo dalam peta dakwah Islam di Indonesia pada umumnya, di pulau Jawa khususnya memang merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Oleh sebab itulah, wajar jika Vanden Berg pun tanpa ada rasa keraguan mengatakan, “Adapun yang memimpin penyebaran Islam ini adalah para Wali, merekalah yang memimpin pengembangan agama Islam di seluruh Jawa” Van Den Berg, 1959 393. Walisongo masyhur sebagai juru syiar kebenaran dan pekerja giat dalam menggembleng masyarakat, lahir-batin, di semua lapisan sosial, dari kelas “akar rumput” hingga ke para punggawa dan pembesar negeri. Di samping tetap memelihara yang sudah sesuai dengan ajaran Islam murni, juga tidak tanggung-tanggung memberantas kebiasaan dan Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 12 kepercayaan yang berbau kemusyrikan, lalu digiringnya kembali ke tauhid sejati. Seperti yang pernah dikemukakan oleh M. Natsir Arsyad dalam bukunya yang berjudul Seputar Sejarah & Muamalah, paling tidak ada lima prinsip utama yang merupakan titik berat kiprah dakwah para Walisongo yang dijadikan patokan sembari menggodok kader 1 Memelihara keyakinan beragama dengan membentanginya dari sekalian unsur yang bakal mencemari, apalagi merontokkannya. 2 Menjaga keselamatan harta, nyawa dan jiwa ruh umat dari aneka ragam ancaman, seperti misalnya perampasan hak, pengibulan, frustrasi, bunuh diri, dan lain-lain. 3 Menanamkan pemahaman tentang berbagai hukum pergaulan sosial, pernikahan, kesehatan, kebersihan, ilmu pengetahuan, demi menjaga anak keturunan, kesehatan jasad dan ruh, akhlak luhur, kecerdasan dan akal waras umat. 4 Melindungi akal pikiran sehat rakyat dari segala yang bisa menumpulkan dan merendahkannya, seperti menenggak minuman keras, malas belajar dan bekerja, dan mo-limo lainnya Arsyad, 1993 130. 5 Membendung atau menepis pengaruh-pengaruh luar yang dapat memerosotkan kehormatan dan martabat nilai-nilai sosial, kemanusiaan dan agama. C. Stretegi Dan Metode Dakwah Walisongo a. Strategi Dakwah Walisongo Strategi dapat diartikan sebagai tata cara dan usaha-usaha untuk menguasaidan mendayagunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan Ali Motofo, 1971 7. Dengan demikian, strategi dakwah yang dilakukan oleh Walisongo itu bisa diartikan menjadi segala cara yang ditempuh oleh para wali untuk mengajak manusia ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki. Beberapa strategi Walisongo dalam pelaksanaan dakwah dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut Pertama, Pembagian Wilayah Dakwah. Para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis. Beranjak dari sinilah, para Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang tersebut melakukan pemilihan wilayah dakwahnya tidak sembarangan. Penentuan tempat dakwahnya dipertimbangkan pula dengan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya. Kalau kita perhatikan dari kesembilan wali dalam pembagian wilayah kerjanya ternyata mempunyai dasar pertimbangan geostrategis yang mapan sekali. Kesembilan wali tersebut membagi kerja dengan rasio 531 Suryanegara, 1995 104. Jawa Timur mendapat perhatian besar dari para Walisongo. Di sini terdapat 5 Wali, dengan pembagian teritorial dakwah yang berbeda. Maulana Malik Ibrahim, sebagai wali perintis, mengambil wilayah dakwahnya di Gresik. Setelah Malik Ibrahim wafat, wilayah ini dikuasai oleh Sunan Giri. Sunan Ampel mengambil posisi dakwah wilayahnya di Surabaya, Sunan Bonang sedikit ke Utara di Tuban. Sedangkan Sunan Drajat di Sedayu. Berkumpulnya kelima wali ini di Jawa Timur adalah karena kekuasaan politik saat Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 13 itu berpusat di wilayah ini. Kerajaan Kediri, di Kediri dan Majapahit di Mojokerto. Di Jawa Tengah para wali mengambil posisi di Demak, Kudus, dan Muria. Sasaran dakwah para wali yang ada di Jawa Tengah tentu berbeda dengan yang ada di Jawa Timur. Di Jawa Tengah dapat dikatakan bahwa pusat kekuasaan politik Hindu dan Budha sudah tidak berperan lagi. Hanya para wali melihat realiatas masyarakat yang masih dipengaruhi oleh budaya yang bersumber dari ajaran Hidu dan Budha. Saat itu para Wali mengakui seni sebagai media komunikasi yang mempunyai pengaruh besar terhadap pola-pikir masyarakat. Oleh kerana itu, seni dan budaya yang sudah berakar di tengah- tengah masyarakat menurut mereka perlu dimodifikasi, dan akhirnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Terakhir yaitu di Jawa Barat, menempatkan seorang wali yaitu Sunan Gunung Jati. Kedua, sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang berorientasi pada penaman aqidah Islam yan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Rangkaian penggunaan sistem dakwah ini, misalnya kita dapati ketika Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan kawan-kawan berdakwah kepada Adipati Aria Damar dari Palembang. Berkat keramahan dan kebijaksanaan Raden Rahmat, akhirnya Raden Aria Damar sudi masuk Islam bersama isrinya, yang diikuti pula oleh hamper seluruh anak negerinya Ali Murtopo, 197188. Ketiga, adalah melakukan perang ideologi untuk memberantas etos dan nilai-nilai dogmatis ang bertentangan dengan aqidah Islam, di mana para ulama harus menciptakan mitos dan nilai-nilai tandingan baru yang sesuai dengan Islam. Salah satu tugas utama dari para ulama yang telah dikader oleh Raden Rahmat adalah menyebarkan ajaran Islam, sebagimana telah dijelaskan di atas, adalah dengan nilai tandingan bagi ajaran Yoga-Tantra yang berazaskan Ma-Lima. Ridin Sofwan, dkk, 2000 261 Keempat, adalah melakukan pendekatan terhadap para tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh di suatu tempat dan berusaha menghindari konflik. Salah satu azas dakwah yang dicanangkan oleh Walisongo adalah menghindari konflik-konflik dengan cara melakukan pendekatan kepada para tokoh setempat, diilhami oleh cara dakwah yang dilakukan oleh para Nabi Muhammad saw, apa yang pernah dirintis oleh para Rasulullah untuk memperkuat kedudukan Islam di tengah peradaban Jahiliyah dewasa itu, yang kenyataannya relevan juga untuk diterapkan di Jawa oleh para Wali, meski dengan taktik yang disesuaikan. Ridin Sofwan, dkk, 2000 262 Kelima, berusaha mengguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan yang bersifat materil maupun spiritual. Faktor kebutuhan pokok amat vital bagi masyarakat dewasa itu adalah menyangkut masalah air, baik air sebagai kebutuhan keluarga sehari-hari maupun sebagai irigasi pertanian. Ridin Sofwan, dkk, 2000 262 b. Metode Dakwah Walisongo Keberhasilan dakwah para Walisongo tentu juga tidak terlepas dari Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 14 metode yang mereka aplikasikan dalam pelaksanaan di lapangan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa metode dakwah para Walisongo tidak terlepas dari metode ini digunakn oleh mereka dalam tokoh-tokoh khusus seprti pemimpin, orang terpandang dan terkemuka dalam dalam masyarakat, seperti para bupati, adipati, raja-raja ataupun menghadapi para bangsaan lainnya. Dasar dari metode ini merujuk kepada Al-Qur’an surah an-Nahl 16 125. Artimya Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. an-Nahl, 125. Rangkaian pengunaan metode diatas, kita dapati misalnya ketika Raden Rahmat da Sunan Ampel dan kawan-kawna berdakwah kepada Ariya Damar dari Pelembang. Berkat keramahan dan kebijaksanaan Reden Rahmat, Ariya damar kemudian sudi masuk Islam bersama istrinya, yang kemudian diikuti pula oleh hampir segenap rakyat dari anak negerinya. Begitu pula Sunan Kalijaga, didapati menggunakan metode dakwah tersebut diatas ketika mengajak Adipati pandanaran di Semarang. Pada mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebata itu berakhir dengan rasa tunduk sang Adipati Masuk Islam. Bahkan karena cerita-cerita tradisional, sampai-sampai Adipati ini rela mengorbankan pangkat dan meninggalkan kemewahan dunia dan keluarganya demi untuk syarat-syarat yang diminta oleh Sunan Kalijag untuk diterima sebagai murid dalam berguru ilmu keislaman. Metode al-hikmah sebagai sistem dan cara-cara berdakwah para wali merupakan jalan kebijaksanaan yang diselenggarakan secara popular, atraktif, dan sensational. Cara ini mereka pergunakan dalam menghadapi masyarakatv awam. Dengan tata cara yang amat bijaksana, masyarakat awam itu mereka hadapi secara massal. Kadang-kadang terlihat sensasional bahkan ganjil dan unik sehingga menarik perhatian umum. Dalam rangkaian metode ini kita dapati misalnya, Sunan Kalijaga dengan gamelan Sekatennya. Atas usul Sunan kalijaga, maka dibuatlah keramaian dengan gamelan Sekatennya dua kalimah pesaksian kunci keIslaman, yang diadakan di masjid agung dengan memukul gamelan yang sangat unik dalam hal langgaman lagu maupun komposisi instrumental yang telah lazim pada waktu itu. Keramaian diadakan menjelang peringatan hari mauled Nabi Muhammad saw. Selain itu, Sunan Kalijaga juga melarang lakon wayang baru dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang. Beberapa metode penting lainnya yang diterapkan oleh para walisongo sebagaimana dikemukakan oleh Ridin Sofwan dkk 2000 271-284 yaitu, Pertama, metode pembentukan dan penanaman kader, serta penyebaran juru dakwah ke berbagai daerah. Tempat yang dituju ialah Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 15 daerah- daerah yang sama sekali kosong dari penghuni atau kosong dari pengaruh Isdlam. Kedua, dakwah melalui jalur keluarga/perkawinan. Sunan Ampel misalnya, putri beliau yang bernama Dewi Murthosiyah misalnya, dikawinkan dengan Raden Patah Bupati Demak, Putri Sunan Ampel yang bernama Alawiyah’ dikawinkan dengan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Sedangkan Putri beliau yang bernama Siti Sariyah dikawinkan dengan Usman haji dar Ngudung. Ketiga, mengembangkan pendidikan pesantren yang mula-mula dirintis oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah suatu model pendidikan Islam yang mengambil bentuk pendidikan biara dan asrama yang dipakai oleh pendeta dan biksu dalam mengajar dan belajar. Oleh sebab itu, pesantren di masa itu pengaruhnya masih terlihat sampai saat ini. Keempat, dengan mengembangkan kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa Walisongo memberikan andil yang sangat besar. Bukan hanya pada pendidikan dan pengajaran, tetapi juga meluas pada bidang-bidang hiburan, tata sibuk perintang waktu luang, kesenian dan aspek-aspek lain dibidang kebudayaan pada umumnya. Kelima, metode dakwah melalui sarana dan prasarana yang berkait dengan masalah perekonomian rakyat. Misalnya untuk efisiensi dalam perekonomian para wali berijtihad tentang kesempurnaan alat- alat pertania, perabotan dapur, dan barang pecah belah. Dalaam pada itu, Sunan Kaslijaga menyumbangkan karya- karya yang berkenaan dengan pertanian seperti filsafat bajak dan cangkul. Dengan membuat jasa dalam bidang kemamuran rakyat melalui penyempurnaan sarana dan prasara menjadi lebih sempurna, beliau berharap dapat menarik perhatian dan ketaatan masyarakat agar menuruti ajakan Sunan Kalijaga serta wali-walinya. Keenam, dalam mengembangkan dakwa Islamiyah di tanah Jawa para wali menggunakan sarana politik untuk mencapai tujuannya. Berangkat dari pemikiran ini, maka kehadiran keraton Demak tidak mungkin diabaikan begitu saja peranannya dalam sejarah penyebaran Isalam pada masa itu. Pentingnya kekuasan politik bagi kelangsungan dakwah ini tentunya didasari oleh para Walisongo, sehingga tidaklah mengherankan kalau mereka juga banyak terlibat dalam percaturan politik ini. Kebanyakan para wali adalah panglima perang, penasehat saja, atau juga penguasa itu sendiri. Pada saat Demak menyerang Majapahit, misalnya, yang menjadi penglima perang adalah Sunan Ngudung , yang kemudain digantikan oleh Sunan Kudus, dan dibantu oleh wali yang lain. Dimanfaatkannya jalur kekuasaan dalam dakwah dapat dilihat juga pada proses pendirian masjid Demak. Masjid ini adalah masjid yang didirikan bersama oleh para wali sebagai pusat dakwah mereka. Namun tidak seperti pada umumnya, masjid ini tidak dikelola oleh seorang wali. Masjid Demak adalah masjid keraton yang pengelolaannya langsung dibawah penguasaan sultan bertahta dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pusat dakwah walisanga tidak di tempat salah seorang wali atau pun masing –masing wali, Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 16 tetapi di pusat kekuasaan politik di keraton. Selain itu, pada jaman Demak ini pula dikenal adanya semacam lembaga dakwah yang beranggotakan para wali dan dipimpin langsung oleh sultan. D. Penutup Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan terdahulu, pada bagian penutup ini dapat diberikan kesimpulan antara 1. Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di pulau Jawa. Kiprah Walisongo dalam peta dakwah Islam di Indonesia pada umumnya, di pulau Jawa khususnya memang merupakan fakta sejarah yang tidak terebantahkan. 2. Kesuksesan dakwah Walisongo tidak terlepas dari peran srtategi dan metode yang mereka terapkan. Strategi tersebut yaitu Pertama, Pembagian Wilayah Dakwah. Para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis. Kedua, sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang berorientasi pada penaman aqidah Islam yan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Ketiga, adalah melakukan perang ideologi untuk memberantas etos dan nilai-nilai dogmatis ang bertentangan dengan aqidah Islam, di mana para ulama harus menciptakan mitos dan nilai-nilai tandingan baru yang sesuai dengan Islam. Keempat, adalah melakukan pendekatan terhadap para tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh di suatu tempat dan berusaha menghindari konflik. Kelima, berusaha mengguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan yang bersifat materil maupun spiritual. Sedang metode yang mereka gunakan yaitu, Pertama, metode pembentukan dan penanaman kader, serta penyebaran juru dakwah ke berbagai daerah. Kedua, dakwah melalui jalur keluarga / perkawinan. Ketiga, mengembangkan pendidikan pesantren yang mula-mula dirintis oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah suatu model pendidikan Islamm yang mengambil bentuk pendidikan biara dan asrama yang dipakai oleh pendeta dan biksu dalam mengajar dan belajar. Keempat, dengan mengembangkan kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa Walisongo memberikan andil yang sangat besar. Kelima, metode dakwah melalui sarana dan prasarana yang berkait dengan masalah perekonomian rakyat. Keenam, dalam mengembangkan dakwa Islamiyah di tanah Jawa para wali menggunakan sarana politik untuk mencapai tujuannya. 3. Para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis. Beranjak dari sinilah, para Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang tersebut melakukan pemilihan wilayah dakwahnya, di Jawa Timur 5 wali, Jawa Tengah 3 wali, dan Jawa Barat 1 wali. 4. Walisongo ketika itu sangat bijak memanfaatkan seni yang telah berakar Strategi dan Metode … Hatmansyah Jurnal “Al-Hiwar” Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015 17 dan berkembang dalam masyarakat untuk menopang keberhasilan dakwah mereka. Di anatara seni yang popular dijadikan media dakwah oleh para Walisongo adalah wayang kulit dan lagu-lagu gending. DAFTAR PUSTAKA Ali Motofo, Strategi Kebudayaan. CSIC, Jakarta, 1971. Arsyad, M. Natsir, Seputar Sejarah & Muamalah, Al-Bayan, Bandung, 1993. Burger, dan Prajudi Atmosudirjo, Sejarah Ekonomi dan Sosiologis Indonesia, Pradnya Paramita, Djakarta, 1970. Effendy Zarkasi, Unsur Islam Dalam Pewayangan, Al- Ma’arif, Bandung, 1977. Gatra, Edisi Tahun VIII, 22 Desember 2000. Leur, J. C. Van, Indonesia Trade and Society, W. Van Hoeve Ltd., Bandung, 1955. Ridin Sofwan, dkk. Islamisasi di jawa. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2004. Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995. Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995. Van Den Berg, Dari Panggung Sejarah, Terjemahan Koreskamp dan Simanjuntak, W. Van Hoeve Ltd., Bandung, 1959. Yusuf A- Qardhawi, Islam & Seni, Terjemahan Zuhairi Misrawi, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996. ... Hatmansyah, 2015, "Strategi dan Metode Dakwah Walisongo", Jurnal Al-Hiwar, vol. 03, No. 05-Januari-Juni. ...Muhammad MadarikHairul PuadiContextualization is an indisputable fact that can be proven by the existence of religion in each historical period through a dialogical phenomenon between religion and the environment in which religion exists. In fact, the dialogue between religion and the environment sharpens its function and clarifies the significance of its presence among the people, so that religion is truly believed to be the solution to every problem and problem of the general public because religion is brought in a flexible form. Through the two starting points of the above approaches two anchor approaches, they break what they are touting about assumptions without being based on argumentative evidence.... Sesaji berupa makanan dan minuman dalam larungan jika di buang begitu saja tidak di manfaatkan tidak diperbolehkan Jaladri, 2018. Quran Surat al-Israa' ayat 26-27 yang berbunyi Para wali menyebarkan dakwah dengan seni sebagai media komunikasi yang mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat Hatmansyah, 2017. Dakwah walisongo melalui media seni dapat menarik mad'u atas pesan yang di kemas dalam kesenian. ...Reni MegawatiMuhammad Lukman IhsanuddinIslamic and community culture are a wealth of local interpretations that appear and become a reality in life. Islamic is a religion that needs to be preached to uphold the people on earth. The method used in this research is a qualitative research type and an anthropological approach. The sea alms tradition of coastal communities as an embodiment of gratitude for the blessings of Allah SWT. The sea alms ceremony in the coastal communities of the northern coast of Java is mostly carried out in the months of Shawwal and Muharram. The coastal communities of the north coast of Java have their own peculiarities, especially in Semarang, precisely in Tambak Lorok, North Semarang, in the implementation carried out in the month of Apit. The ceremony is accompanied by a religious procession, cultural carnival, wayangan, grand recitation and larungan which throws offerings into the middle of the sea in the form of buffalo heads and other complementary offerings. The offerings are part of a cultural ritual that has a symbolic meaning. Through semiotic analysis, the meaning of the symbol of the sea alms offering as a learning process in the form of community ideas contained in material form and valued for social and religious knowledge. Likewise with religious processions, cultural carnivals and wayang kulit which have Islamic message Word Apit, Islamic, Sedekah Laut, Semiotica AbstrakIslam dan budaya masyarakat adalah kekayaan tafsir lokal yang tampak dan menjadi realitas dalam kehidupan. Islam adalah agama yang perlu di dakwahkan untuk menegakkan umat yang ada di bumi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian kualitatif dan pendekatan antropologi. Tradisi sedekah laut masyarakat pesisir sebagai berwujudan rasa syukur terhadap nikmat Allah SWT. Upacara sedekah laut pada masyarakat pesisir pantai utara Jawa mayoritas dilaksanakan pada bulan syawal dan muharram. Masyarakat pesisir pantai utara Jawa memiliki kekhasan tersendiri khususnya Semarang tepatnya di Tambak Lorok Semarang Utara dalam pelaksanaannya dilaksanakan pada bulan Apit. Dalam upacara tersebut diiringi prosesi keagamaan, kirab budaya, wayangan, pengajian akbar dan larungan yang membuang sesaji ke tengah laut berupa kepala kerbau dan sesaji pelengkap lainnya. Sesaji bagian dari ritual budaya yang memiliki makna simbolik. Melalui analisis semiotika makna simbol sesaji sedekah laut sebagai proses pembelajaran berupa ide masyarakat yang tertuang dalam bentuk material dan bernilai pengetahuan sosial dan agama. Begitupun dengan prosesi keagamaan, kirab budaya serta wayang kulit yang memiliki nilai-nilai pesan Kunci Apit, Islam, Sedekah laut, Semiotika... Wali Songo, to spread Islam, also approached influential figures. While the material for preaching, there is a harmonization between tauhid, fiqh, and tasawuf [16], [17]. Thus, research on the harmonization of social order by Wali Songo from a counseling perspective has never been discussed. ... Samsul ArifinMokhammad BaharunThe success of Wali Songo in building a harmonious social order during a diverse society is written in the manuscript of the book "Tarikh Perjuangan Islam Indonesia" by As'ad Syamsul Arifin. This study aims to explore the values of Wali Songo's da'wah bil-irshad in building social order harmony in the manuscript of the book "Tarikh Perjuangan Islam Indonesia" by As'ad Syamsul Arifin from a counseling perspective. The research method uses a hermeneutic approach. The results showed that the personality profile of Wali Songo has the integrity of shalih which comes from psychospiritual sufism and has the competence of shalahiyyah scientific quality as fuqaha and siyasi skills. Techniques are applied by exemplary social model, friendship to build social relationships, form organizations, provide a forum for activities to gather together, and train several cadres through Islamic boarding schools. With these characters and techniques, Wali Songo was able to form the khaira ummah's personality and form a harmonious social order between the ulama, umara and the ummat on an ongoing basis. This research is a subject development of "Da'wah Science", "Islamic Guidance and Counseling", "Multicultural Counseling", and "Islamic Psychology", which were extracted from the books of Islamic boarding school ulama.... Misalnya, kebiasaan berkumpul atau kenduri pada hari tertentu setelah kematian anggota keluarga tidak dihapuskan melainkan diisi dengan pembacaan doa, tahlil, dan bersedekah Ismail 2013. Sumber lain mengatakan bahwa Walisongo tetap memelihara apa yang sudah sesuai dengan ajaran Islam murni dan tak tanggung-tanggung memberantas kepercayaan dan kebiasaan yang berbau kemusyrikan, lalu digiringnya kembali ke tauhid sejati Hatmansyah 2015. ... Nur AnsarIrham Al-HurrWalaupun berkembang pesat di Bantaeng dan hampir semua penduduknya menganut agama Islam, kebudayaan atau upacara adat pra-Islam justru masih eksis. Kenyataan tersebut mengarahkan kami untuk membuat artikel ini dengan mempertanyakan, mengapa adat istiadat yang ada sebelum masuknya Islam di Bantaeng masih eksis hingga hari ini. Dengan studi literatur yang berkaitan dengan masuknya Islam di Bantaeng, kami berkesimpulan bahwa masih eksisnya adat istiadat atau kebudayaan pra-Islam saat ini tidak terlepas dari metode penyebaran agama Islam di Bantaeng, yaitu akulturasi majority of the population who live in the village area work as farmers. Some farmers spend their time in the fields. So, Most farmers find it difficult to worship, especially to praying together in mosques. But, in Tanjung Gundul there is a group of devount people who worship like always praying together in mosque even thought they are a farmers. It turns out they are members of a study institute of Al-Maunah Al-Karomah Al-Makka. Besides that, they also regularly attend recitation from Al-Makka. It’s show that the strategy of preaching by the Al-Makka to farmers was effective. Therefore this study aims to reveal what strategies are used by da’i from Al-Makka. This research in included in qualitative research. This research method uses a case study. Data collection techniques using interviews, observation, and documentation with data collection tools in the form of researchers themselves, interview guidelines and observation guidelines. Data analysis using data reduction, data presentation and data verification. Data validity test using triangulation and peer deriefing. Based on the analysis carried out, the researcher can conclude that the sufistic da’wah strategy of farmers implemented by da’’ from Al-Makka, namely da’wah is carried out in the al-hikmah way which adapts to mad’u habits. The majority of mad’u work as farmers, most of time spent on agricultural land. Therefore da’i Al-Makka took this into account by guiding mad’u as well as in agriculture. From an economic-social point of view, it runs smoothly, then the next is from a spritual perspective. Dai made an approach using a sufistic da’wah stategy through the practice of the tarekat teachings ti the peasants. It turns out that non-forcing strategy is in great demand for mad’ DarmawanM MakbulSyariat Islam dan ulama sufi, termasuk Walisongo, telah mendorong budaya damai Islam. Para wali yang tergabung dalam Walisongo mencerminkan bagaimana Islam berkembang di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sebagai pendiri Islam, Walisongo dihormati di seluruh Jawa. Karya Walisongo dalam atlas dakwah Islam yang dilakukan di Indonesia secara umum dan di Jawa secara khusus adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif lebih menitikberatkan pada pendapat subjek dan menggunakan landasan teoritis sebagai pedoman untuk menjamin bahwa proses penelitian sejalan dengan fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian. Awal masuknya Islam ke Jawa. Islam berhasil disebarluaskan ke seluruh Jawa setelah proses yang berlarut-larut dan penuh tantangan. Bagaimana menjelaskan Walisongo Kata "wali" dan "songo", dua kata dasar, adalah asal mula frasa "walisongo". Fungsi Walisongo dalam Membawa Islam ke Jawa Sejumlah kontribusi Walisongo terhadap pendidikan Islam di Jawa saat ini sedang diperbaiki dan disempurnakan dengan modifikasi modern. Walisongo adalah tokoh sejarah dalam pendidikan Islam Jawa karena cara dia memasukkan budaya dan adat Jawa ke dalam metode dakwahnya. Ini membantu mencegah pendidikan Islam dipromosikan melalui RosyadiKhoirul WafaAsyharul MuttaqinImam NurngainiWali Songo sangat terkenal sebagai dewan dakwah dan berhasil menanamkan akidah dan syariat Islam di Nusantara khususnya di Pulau Jawa. Wali Songo merupakan orang yang senantiasa beriman dan taqwa kepada Alloh SWT, menyampaikan kebenaran dari Alloh SWT, memiliki karomah dari Alloh SWT suatu kemampuan di luar adat kebiasaan manusia. Peran Wali Songo sangat besar diantaranya sebagai pelopor, pejuang ahli bidang agama Islam, pemimpun, guru, kyai dan tokoh masyarakat. Masyarakat mengenal Wali Song sebagai sembilan orang, yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Gresik, Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati. Berbagai pendapat menyebutkan bahwa Wali Songo tidak hidup dalam satu masa namun terbagi dalam beberapa periode dan berganti apabila ada yang wafat. Berakhirnya periodesasi Wali Songo karena dibekukan oleh Kolonial Belanda dan banyak para ulama keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh. Wali Songo is very well known as a da'wah council and has succeeded in instilling Islamic faith and sharia in the archipelago, especially on the island of Java. Wali Songo is a person who always has faith and piety to Allah SWT, conveys the truth from Allah SWT, has karomah from Allah SWT, an ability beyond human habits. Wali Songo's role is very large, including as a pioneer, expert fighter in the field of Islam, leaders, teachers, kyai and community leaders. The community recognizes Wali Songo as nine people, namely Sheikh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Gresik, Sunan Giri and Sunan Gunung Jati. Various opinions state that Wali Songo does not live in one period but is divided into several periods and changes when someone dies. The end of the periodization of Wali Songo because it was frozen by the Dutch Colonial and many ulama descendants of Wali Songo were imprisoned and Fahmi AdamThis article is a historical research that aims to analyze the phenomenon of acculturation of Islam and mystical culture in the Keramat Village, Bekasi. This article uses historical methods, anthropological approaches, and acculturation theories of culture. This article is not only narrative-descriptive, but also analytical-descriptive. The findings in this article indicate that there are problems in the religious aspect that intersect with the local culture that develops in the community of Kampung Keramat Bekasi. Local people believe in mystical things, such as worship on petilasan and objects that are considered to have supernatural powers. Therefore, there are efforts from Muslims including the initiative of local scholars to eliminate these mystical beliefs with an Islamic acculturation approach. In the end, the mystical culture that is similar to animism-dynamism slowly fades and even disappears in the current contemporary era, on the other hand, the people around Kampung Keramat Bekasi also have the awareness to implement Islamic law based on the Qur'an and Hadith Abstrak Artikel ini merupakan penelitian sejarah yang bertujuan untuk menganalisis fenomena akulturasi Islam dan budaya mistik yang berada di Kampung Keramat Bekasi. Di dalam analisisnya, artikel ini menggunakan metode sejarah, pendekatan antropologi, serta teori akulturasi budaya. Dengan metodologi yang digunakan, artikel ini tidak hanya bersifat naratif-deskriptif, melainkan lebih kepada analitis-deskriptif. Temuan dalam artikel ini adalah terdapatnya permasalahan di dalam aspek keagamaan yang beririsan dengan budaya lokal yang berkembang di dalam masyarakat Kampung Keramat Bekasi. Budaya lokal yang melekat di dalam masyarakat setempat adalah adanya kepercayaan terhadap hal-hal mistis, seperti pemujaan di atas petilasan serta benda-benda yang dinilai memiliki kekuatan ghaib. Oleh karena itu, terdapat upaya dari umat Islam atas inisiatif ulama setempat untuk menghilangkan kepercayaan mistik tersebut dengan pendekatan akulturasi Islam. Pada akhirnya, budaya mistik yang serupa dengan animisme-dinamisme tersebut perlahan memudar bahkan menghilang di era kontemporer saat ini, dan juga masyarakat sekitar Kampung Keramat Bekasi telah memiliki kesadaran akan pentingnya syariat Islam berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Titis ThoriquttyasNurul AhsinThis study examines the legacy of Sunan Muria's thoughts on conserving water sourced from the sign and symbol around the graves The existence of water plays an important role in the religious studies. Islam, Christianity, Judaism, Hinduism and Buddhism use water as an important component in every religious ritual. Therefore, one of the contemporary issues in Islamic studies that has attracted the attention of scholars is water conservation. Based on initial observations, researchers found a water jar that is sacred by the local community. Social, religious, and cultural narratives about sacred concepts are the main points of this research. In addition, based on extensive field research, various interviews and literature studies on related topics, the researcher explores the complexity of the heritage of water conservation thought in Sunan Muria's perspective through the identification of signs and symbols on their tombs from the concepts of eco-theology; bi'ah MotofoStrategi KebudayaanAli Motofo, Strategi Kebudayaan. CSIC, Jakarta, Islam Dalam Pewayangan, Al-Ma'arifEffendy ZarkasiEffendy Zarkasi, Unsur Islam Dalam Pewayangan, Al-Ma'arif, Bandung, Sejarah Wacana Pergerakan Islam di IndonesiaAhmad SuryanegaraMansurSuryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, H BurgerDan Prajudi AtmosudirjoBurger, dan Prajudi Atmosudirjo, Sejarah Ekonomi dan Sosiologis Indonesia, Pradnya Paramita, Djakarta, 1970. 0% found this document useful 0 votes2K views1 pageDescriptionDibaca saat berziarah ke makam para wali yang dikenal sebagai pembawa dan penyiar Islam di tanah Jawa secara khusus dan tanah nusantara secara © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views1 pageDoa Ziarah WaliDescriptionDibaca saat berziarah ke makam para wali yang dikenal sebagai pembawa dan penyiar Islam di tanah Jawa secara khusus dan tanah nusantara secara description

doa jawa para wali